Alam yang
hijau nan sejuk, membuat hati lekas meresapi auranya. Jiwa terasa jernih.
Dikala aku tidak menatap dan menyapa alamku, maka aku merugi tertumpuk kepenatan
dalam hati. Alam akan tetap indah semula-mulanya. Kepekaan yang tidak bisa
dipungkiri membawa sirna keindahan, kerusakan dan kehancurannya.
Pernahkah
merasa, bahwa interaksi dengan alam berarah simbiosis parasite. Siapa yang
selalu bergantung pada alam? Apalah daya jika alam tidak indah lagi, seolah
–olah tidak berkompromi lagi, mungkin alam akan murka. Itu semua karena tindakan
kita (manusia), yang tidak melakukan kewajiban melindungi, merawat,
memanfaatkan secara bijak dengan lestari. Kita bisa menanam apapun bisa tumbuh,
mengambil tanpa mengeksplotasi tetap bisa.
Ibarat “air susu dibalas air tuba” alam memberi kenikmatan, dibalas
dengan kerusakan berujuk ke tidak pedulian.
Bolehlah kita
mendengarkan dan berbyayi lagu “Kolam Susu” ciptaan Yok koeswoyo.
Bukan lautan hanya kolam susu
Kail dan jala sudah menghidupimu
tiada topan tiada badai kau temui
Ikan dan udang menghampiri dirimu.
Orang bilang tanah kita tanah surga
Tongkat kayu dan batu jadi tanamanan
Kedepannya, marilah
bersama menjaga alam kita, warisan nenek moyang dan akan diwariskan kepada anak
cucu kita.
Selamat Hari Bumi, 22 April 2022
Penulis: Tyas
Prabawati, S.Hut (E51)
Berikan komentar topik apa yang ingin kamu ketahui ya, sobat pembaca !


