Bau comberan di belakang rumah memang sangat mengganggu kenyamanan, apalagi kalau sudah menyebar ke sekitar halaman atau masuk ke dalam rumah. Ditambah lagi, jika saluran pembuangan tersumbat atau tidak berfungsi dengan lancar, bau ini bisa semakin parah.
Bau yan tidak sedap menandakan lingkungan tersebut sudah tercemar. Saluran buangan yang melebihi daya tamping bebannya menyebabkan cemaran yang nemimbulkan dampak negative. Daya tampung beban pencemaran air adalah kemampuan air pada suatu sumber air untuk menerima masukan beban pencemaran tanpa mengakibatkan air tersebut menjadi cemar. Baku mutu beban cemaran berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.68/Menlhk-Setjen/2016 Tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik, sebagai berikut.
Jika kandungan cemaran melebihi baku mutu diatas maka perlu dilakukan penurunan kandungan limbah, dan mengurangi pemicu cemaran.
Bau yang muncul biasanya berasal dari sampah yang menumpuk, kotoran hewan, dan limbah air yang terbuang tidak terkelola dengan baik. Saat bahan-bahan tersebut mulai membusuk, mikroorganisme dan bakteri berkembang biak, lalu menghasilkan gas-gas seperti hidrogen sulfida yang berbau seperti telur busuk, bau sangat tajam dan tidak sedap.
Selain itu, limbah cair dari rumah tangga seperti sabun, deterjen, atau sisa makanan. Limbah cair yang tidak terolah dengan baik mengandung zat-zat kimia dan mikroorganisme yang bisa menyebabkan polusi dan mencemari udara sekitar. Pencemaran ini tidak hanya mengganggu kenyamanan, tetapi juga berisiko bagi kesehatan jika dibiarkan terus-menerus, karena limbah yang mengendap bisa menjadi sarang bakteri dan kuman yang berbahaya.
Hasil penelitian telur Aedes aegypti lebih banyak ditemukan pada ovitrap yang berisi air comberan. Hal ini kemungkinan ada keterkaitan antara kandungan kimiawi yang terdapat dalam masing-masing air. Air comberan mengandung BOD, COD, CO total, Amonia NH3, dan pH yang lebih tinggi dibandingkan dengan jenis air lainnya. perilaku Aedes aegypti dalam memilih tempat perindukan dipengaruhi oleh senyawa-senyawa CO2 NH3.
Sering kali, bau comberan juga muncul karena saluran pembuangan yang buruk pengelolaannya. Kalau saluran air tersumbat atau tidak memiliki ventilasi yang baik, air akan terhenti dan tergenang di dalamnya. Genangan air yang terjebak lama-lama mempercepat proses pembusukan, sehingga bau yang dihasilkan semakin kuat dan tidak bisa hilang. Tak jarang, bau itu juga menyebar ke sekitar rumah, membuat suasana menjadi kurang nyaman.
Tentu saja, masalah bau comberan ini bukan hanya soal kenyamanan, tapi juga bisa berdampak pada kesehatan. Paparan bau yang terus-menerus bisa menyebabkan gangguan pernapasan, iritasi kulit, bahkan infeksi akibat kuman yang berkembang. Jika dibiarkan, bau ini bisa lebih parah dan sulit untuk dihilangkan, membuat kita merasa kurang nyaman berada di rumah sendiri.
Untuk mengatasi bau comberan, langkah pertama yang perlu dilakukan adalah memeriksa dan memastikan bahwa saluran pembuangan berfungsi dengan baik. Membersihkan saluran secara rutin dan memasang ventilasi yang cukup akan sangat membantu. Selain itu, menjaga kebersihan dan memastikan limbah rumah tangga dibuang dengan benar bisa mencegah bau tak sedap muncul. Jika perlu, menggunakan bahan alami seperti daun sirih atau arang untuk menghilangkan bau bisa menjadi solusi sementara. Kalau bau terus mengganggu, mungkin ada baiknya untuk memanggil jasa profesional agar masalah saluran pembuangan bisa ditangani dengan lebih efektif.
Referensi:
MenLHK. (2016). Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor: P.68/Menlhk-Setjen/2016 Tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik. Link: https://ppkl.menlhk.go.id/website/filebox/5/170314114854P.68%20BAKU%20MUTU%20LIMBAH%20DOMESTIK.pdf
Rizki Amalia, Sayono, & Sunoto. (2009). Perilaku bertelur nyamuk Aedes aegypti pada air sumur gali dan air comberan. Makalah 5, Hari Nyamuk Nasional 2009: Partisipasi Masyarakat dalam Program Pengendalian Nyamuk Terpadu. IPB International Convention Center - Botani Square, Bogor, 92-98. ISBN 978-602-95733-0-5. Link: http://repository.unimus.ac.id/4287/1/Artikel%2020.%20Perilaku%20Bertelur%20Nyamuk%20Aedes%20Aegypti%20pada%20Air%20Sumur%20Gali%20dan%20Air%20Comberan.pdf
Penulis: Tyas Prabawati, S.Hut
Berikan komentar topik apa yang ingin kamu ketahui ya, sobat pembaca !

