Dari timur tampaklah seorang bapak yang berjalan dengan badan terutup rapat oleh pakaian sederhana sambil membawa jaring. Kebetulan saat itu ponakan saya sedang bermain dengan saya.
Ponakan
saya yang masih kecil melihat bapak tersebut dan bertanya “ Tante itu siapa?
Mau nangkap ikan dimana?
Saya
jawab “bapak itu tidak mau menangkap ikan dek. Dia mau menangkap kroto".
Kemudian
dia heran dan berpikir “Ha kroto. Apa itu?”
Dari
pertanyaan sederhana keponakan itu, maka saya membuat tulisan tentang kroto.
Selamat membaca semoga bermanfaat.
Bagi
masyarakat yang gemar merawat burung dirumah pasti tidak asing daengan nama
kroto. Kroto adalah pupa semut rangrang. Semut
rangrang mempunyai panjang tubuh sekitar 1 cm dengan warna tubuh coklat
kemerahan. Pada bagian depan kepala semut terdapat sepasang rahang atau
mandibula yang digunakan untuk membawa makanan, memanipulasi objek, membangun sarang dan untuk pertahanan. Kroto
berada pada pohon-pohon yang teduh dan daunnya lebar.
Tahap pertumbuhan semut dimulai dari telur menjadi larva, pupa,
dan imago. Perkembangan rata-rata telur akan menetas dalam 17-24 hari, larva selama
24-27 hari dan periode pupa berlangsung selama 13-22 hari. Secara keseluruhan
proses metamorphosis dapat berlangsung 2-3 bulan. Semut jantan hanya dapat
bertahan hidup 2-4 bulan, sedangkan ratu/betina terus berkembang menghasilkan
telur selama 4-6 bulan.
Kroto dapat digunakan untuk pangan burung, pakan ternak dan umpan untuk memancing. Kroto memiliki protein tinggi. Semut rangrang (Oecophylla smaragdina) merupakan serangga sosial sejati (eusosial). Semut rangrang termasuk semut yang agresif yang dapat melindungi tanaman dari hama.
Dalam teknis budidaya pertanian, semut rangrang telah digunakan dalam
pengendalian hayati di Negara Australia, mampu mengendalikan ulat pada buah
mangga dan jambu mete di Malaysia. Semut rangrang dapat mengganggu, menghalangi
atau memangsa berbagai jenis hama seperti kepik hijau, ulat pemakan daun, dan
serangga pemakan buah.
Hasil panen lebih tinggi ketika pohon-pohon yang dilindungi dengan
semut rangrang dibandingkan dengan perlindungan tanaman secara kimia, sehingga
kontrol biologis dalam tanaman ini tidak hanya secara ekologis, tetapi juga
ekonomi yang lebih berkelanjutan.
Harga
kroto super kering 1 kg mencapai Rp 320.000,-. Bibit kroto kisaran Rp 50.000,-
sampai Rp 600.000,- disesuaikan jumlah
dan jenisnya.
Beberapa
masyarakat menganggap mencari kroto adalah sebuah pekerjaan atau hanya sebagai
tambahan pendapatan. Harga kroto yang fantastis dapat membantu pendapatan
masyarakat kecil untuk memenuhi ekonomi dalam hidup sehari-hari. Ada yang
mencari kroto sebagai hobi petualang dan mengisi waktu luang.
Masyarakat
mengambil kroto menggunakan bilah. Bilah panjang kurang lebih berukuran 5
sampai 7 meter. Ujung bilah dipasang ring (besi bulat) dan diberikan katong,
seperti keranjang ring basket.
Sarang
kroto ditandai dengan lembaran-lembaran daun yang masih menempel ranting yang menyatu dan menggerombol membentuk
ruangan/rongga ditengah. Keliling sarang berukuran 36-50 cm. Setiap pohon
terdapat 4-7 sarang.
Sarang
kroto biasanya dibagian ranting atau cabang pohon yang tidak terlalu ujung. Biasanya sarang kroto
ditemukan pada beberapa pohon, diantaranya ketapang (Terminalia
cattapa), mengkudu (Morinda citrifolia L.), bintangur laut (Calophyllum
inophyllum), pohon bitung (Barringtonia asiatica), waru (Hibiscus
tiliaceus L.), pohon beringin (Ficus benjamina L), mangga,
jambu, dll.
Selain
mencari kroto sebagai sumber pendapatan, sudah banyak yang melakukan ternak
kroto. Budidaya semut rangrang memiliki beberapa
kelebihan dibandingkan dengan pencarian kroto dari alam. Kelebihan dari proses
budidaya ialah hasil kroto yang didapatkan sudah dapat diprediksi sebelumnya, tidak tergantung kondisi cuaca/alam, mudah cara pengelolaannya, hasil panen kroto
lebih bersih dan jika pemberian pakan dilakukan dengan tepat akan menghasilkan
kroto dengan kualitas yang baik.
Sarang yang digunakan hanya terdiri dari satu toples diduga
sebagai penghambat hasil produksi kroto yang belum optimal, karena volume
toples memiliki ruang yang terbatas. Sarang semut rangrang bersifat polydomous artinya
satu koloni menempati banyak sarang. Semut rangrang membutuhkan oksigen yang
cukup untuk tumbuh dan berkembangbiak. Koloni membutuhkan sirkulasi udara segar
yang cukup di dalam sarang, serta ukuran tubuh semut rangrang dewasa, berasumsi
setiap ekor semut membutuhkan 2 cc ruang bebas.
Upaya mecari di alam maupun budidaya sendiri, keduanya merupakan
cara memanfaatkan. Kesadaran memanen dan diiringi melestarikan semut rangrang
harus terus berlanjut. Sehingga, semut rangrang tetap ada dan bemanfaat dalam
segi ekologi dan ekonomi.
Pertanyaan:
“Kroto dan Semut rangrang duluan mana?”
Daftar Pustaka:
Armawansah, Edi. 2021. Pengaruh Pemberian Telur Semut Rangrang Terhadap
Laju Pertumbuhan dan Sintasan Ikan Nila (Oreocromis niloticus) Pada Fase Pendederan
[Skripsi]. Makasar: Fakultas Teknik Universitas Negeri Makassar.
Dwijayanto dkk. 2016.
Produksi Kroto Semut Rangrang (Oecophylla Smaragdina) yang dibudidaya dengan
Pakan Sumber Protein Berbeda. Seminar Nasional Pendidikan dan Saintek 2016
(ISSN: 2557-533X). Isu-Isu Kontemporer Sains, Lingkungan, dan Inovasi
Pembelajarannya. 419-426.
Nopin, Nasri
. 2020. Penjualan telur
semut rangrang di desa beringin datar ditinjau dari ekonomi islam [Skripsi]. Bengkulu: Institut Agama Islam
Negeri Iain Bengkulu.
Ratri, Lintang Dianing., Basuki, Edi,. Darsono . 2017. Kuantitas anakan kultur semut rangrang, Oecophylla
smaragdina, secara artifisial dengan menggunakanbeberapa jenis pakan
berbeda. Scripta Biologica.
4(1): 47-51.
Wenda. Y, Frans.T dan R. Kainde. 2016. Ukuran Populasi Kroto dan Tumbuhan Inang Semut Rangrang di Hutan Pantai
Moinit Kabupaten Minahasa Selatan [Skripsi]. Program Studi Ilmu
kehutanan Unsrat
Penulis : Tyas Prabawati, S.Hut




“Kroto dan Semut rangrang duluan mana?”
BalasHapusKroto!