KROTO (Oecophylla smaragdina) PELUANG JADI CUAN

Jilid Tylingtar
1

 

foto: busines.com

Dari timur tampaklah seorang bapak yang berjalan dengan badan terutup rapat oleh pakaian sederhana sambil membawa jaring. Kebetulan saat itu ponakan saya sedang bermain dengan saya.

Ponakan saya yang masih kecil melihat bapak tersebut dan bertanya “ Tante itu siapa? Mau nangkap ikan dimana?

Saya jawab “bapak itu tidak mau menangkap ikan dek. Dia mau menangkap kroto".

Kemudian dia heran dan berpikir “Ha kroto. Apa itu?”

Dari pertanyaan sederhana keponakan itu, maka saya membuat tulisan tentang kroto. Selamat membaca semoga bermanfaat.

Bagi masyarakat yang gemar merawat burung dirumah pasti tidak asing daengan nama kroto. Kroto adalah pupa semut rangrang. Semut rangrang mempunyai panjang tubuh sekitar 1 cm dengan warna tubuh coklat kemerahan. Pada bagian depan kepala semut terdapat sepasang rahang atau mandibula yang digunakan untuk membawa makanan, memanipulasi objek,  membangun sarang dan untuk pertahanan. Kroto berada pada pohon-pohon yang teduh dan daunnya lebar.

Tahap pertumbuhan semut dimulai dari telur menjadi larva, pupa, dan imago. Perkembangan rata-rata telur akan menetas dalam 17-24 hari, larva selama 24-27 hari dan periode pupa berlangsung selama 13-22 hari. Secara keseluruhan proses metamorphosis dapat berlangsung 2-3 bulan. Semut jantan hanya dapat bertahan hidup 2-4 bulan, sedangkan ratu/betina terus berkembang menghasilkan telur selama 4-6 bulan.

Kroto dapat digunakan untuk pangan burung, pakan ternak dan umpan untuk memancing. Kroto memiliki protein tinggi. Semut rangrang (Oecophylla smaragdina) merupakan serangga sosial sejati (eusosial). Semut rangrang termasuk semut yang agresif yang dapat melindungi tanaman dari hama.

Dalam teknis budidaya pertanian, semut rangrang telah digunakan dalam pengendalian hayati di Negara Australia, mampu mengendalikan ulat pada buah mangga dan jambu mete di Malaysia. Semut rangrang dapat mengganggu, menghalangi atau memangsa berbagai jenis hama seperti kepik hijau, ulat pemakan daun, dan serangga pemakan buah.

Hasil panen lebih tinggi ketika pohon-pohon yang dilindungi dengan semut rangrang dibandingkan dengan perlindungan tanaman secara kimia, sehingga kontrol biologis dalam tanaman ini tidak hanya secara ekologis, tetapi juga ekonomi yang lebih berkelanjutan.

Harga kroto super kering 1 kg mencapai Rp 320.000,-. Bibit kroto kisaran Rp 50.000,- sampai Rp 600.000,-  disesuaikan jumlah dan jenisnya.

Beberapa masyarakat menganggap mencari kroto adalah sebuah pekerjaan atau hanya sebagai tambahan pendapatan. Harga kroto yang fantastis dapat membantu pendapatan masyarakat kecil untuk memenuhi ekonomi dalam hidup sehari-hari. Ada yang mencari kroto sebagai hobi petualang dan mengisi waktu luang.

Masyarakat mengambil kroto menggunakan bilah. Bilah panjang kurang lebih berukuran 5 sampai 7 meter. Ujung bilah dipasang ring (besi bulat) dan diberikan katong, seperti keranjang ring basket.

Sarang kroto ditandai dengan lembaran-lembaran daun yang masih menempel ranting  yang menyatu dan menggerombol membentuk ruangan/rongga ditengah. Keliling sarang berukuran 36-50 cm. Setiap pohon terdapat 4-7 sarang.

Sarang kroto biasanya dibagian ranting atau cabang pohon yang  tidak terlalu ujung. Biasanya sarang kroto ditemukan pada beberapa pohon, diantaranya ketapang (Terminalia cattapa), mengkudu (Morinda citrifolia L.), bintangur laut (Calophyllum inophyllum), pohon bitung (Barringtonia asiatica), waru (Hibiscus tiliaceus L.), pohon beringin (Ficus benjamina L), mangga, jambu, dll.

Selain mencari kroto sebagai sumber pendapatan, sudah banyak yang melakukan ternak kroto. Budidaya semut rangrang memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan pencarian kroto dari alam. Kelebihan dari proses budidaya ialah hasil kroto yang didapatkan sudah dapat diprediksi sebelumnya, tidak tergantung kondisi cuaca/alam, mudah cara pengelolaannya, hasil panen kroto lebih bersih dan jika pemberian pakan dilakukan dengan tepat akan menghasilkan kroto dengan kualitas yang baik.

Sarang yang digunakan hanya terdiri dari satu toples diduga sebagai penghambat hasil produksi kroto yang belum optimal, karena volume toples memiliki ruang yang terbatas. Sarang semut rangrang bersifat polydomous artinya satu koloni menempati banyak sarang. Semut rangrang membutuhkan oksigen yang cukup untuk tumbuh dan berkembangbiak. Koloni membutuhkan sirkulasi udara segar yang cukup di dalam sarang, serta ukuran tubuh semut rangrang dewasa, berasumsi setiap ekor semut membutuhkan 2 cc ruang bebas.

Upaya mecari di alam maupun budidaya sendiri, keduanya merupakan cara memanfaatkan. Kesadaran memanen dan diiringi melestarikan semut rangrang harus terus berlanjut. Sehingga, semut rangrang tetap ada dan bemanfaat dalam segi ekologi dan ekonomi.

Pertanyaan:

“Kroto dan Semut rangrang duluan mana?”

Daftar Pustaka:

Armawansah, Edi. 2021. Pengaruh Pemberian Telur Semut Rangrang Terhadap Laju Pertumbuhan dan Sintasan Ikan Nila (Oreocromis niloticus) Pada Fase Pendederan [Skripsi]. Makasar: Fakultas Teknik Universitas Negeri Makassar.

Dwijayanto dkk. 2016. Produksi Kroto Semut Rangrang (Oecophylla Smaragdina) yang dibudidaya dengan Pakan Sumber Protein Berbeda. Seminar Nasional Pendidikan dan Saintek 2016 (ISSN: 2557-533X). Isu-Isu Kontemporer Sains, Lingkungan, dan Inovasi Pembelajarannya. 419-426.

Nopin, Nasri . 2020. Penjualan telur semut rangrang di desa beringin datar ditinjau dari ekonomi islam [Skripsi]. Bengkulu: Institut Agama Islam Negeri Iain Bengkulu.

Ratri, Lintang Dianing., Basuki, Edi,. Darsono . 2017. Kuantitas anakan kultur semut rangrang, Oecophylla smaragdina, secara artifisial dengan menggunakanbeberapa jenis pakan berbeda. Scripta Biologica. 4(1):  47-51.

Wenda. Y, Frans.T dan R. Kainde. 2016. Ukuran Populasi Kroto dan Tumbuhan Inang Semut Rangrang di Hutan Pantai Moinit Kabupaten Minahasa Selatan [Skripsi]. Program Studi Ilmu kehutanan Unsrat

Penulis : Tyas Prabawati, S.Hut


Berikan komentar topik apa yang ingin kamu ketahui ya, sobat pembaca !

Tags

Posting Komentar

1 Komentar
Posting Komentar