Dimana bunga bau Totot Kerot (Amorphophallus paeoniifolius) saat ini?

Jilid Tylingtar
0

Melihat story WhatsApp teman membagikan gambar totot kerot. Mengingatkan saya diwaktu kecil ketika berangkat sekolah mencium bau busuk sekali. Ternyata teman saya melempari bunga totot kerot. Kata teman saya bunga itu bau maka harus dilempari batu. Jika makin dilempar makin menyegat baunya. Saat itu saya sedih dan kasihan melihat bunga itu. Bunga totot kerot tidak bersalah. Bentuk bunga yang unik, besar dan berwarna merah menyala membuat saya masih teringat. Dewasa kini saya baru tau bunga itu sekarang langka susah ditemukan. Tapi saya berharap bisa bertemu bunga itu lagi. Saya tuliskan tentang bunga Totot Kerot supaya banyak yang kenal dan banyak yang peduli.

Foto oleh Tyas


Bunga Amorphophallus paeoniifolius memiliki nama local totot kerot di tempat tinggal saya di Kecamatan Bulu, Kabupaten Rembang. Lokasi tumbuh dan dijumpai masyarakat biasanya di hutan atau pinggir hutan. Bunga totot kerot ini tumbuh pada tanah kuning kemerahan dan bebatuan. Terdapat naungan disekitarnya, namun cahaya matahari masih dapat menembus dengan intensitas cahaya yang masuk 20%-30%. Bunga totot kerot yang saya temukan tumbuh pada ketinggian kurang lebih 400 mdpl.

Tumbuhan totot kerot memiliki klasifikasi tumbuhan:

Kingdom: Plantae

Clade: Tracheophytes, Angiosperms, Monocots

Ordo: Alismatales

Family: Araceae

Genus: Amorphophallus

Spesies: Amorphophallus paeoniifolius

 

Bunga totot kerot saya jumpai berbunga pada bulan Sepember – November. Bulan ini termasuk musim hujan. Bunga totot kerot memiliki ciri bunga besar seperti jajan bika walik dan tengahnya menjulang tinggi seperti api lilin. Ukurannya kurang lebih seukuran baskom yang berdiameter 35 cm. Bunga totot kerot (Amorphophallus paeoniifolius) ketika berbunga mengeluarkan bau tidak sedap, sehingga banyak serangga yang mendekati. Serangga itu membantu proses penyerbukan untuk menghasilkan buah. Buah dari Amorphophallus paeoniifolius menjadi makanan bagi burung-burung pemakan biji.

Umbi dari tanaman totot kerot ini disebut juga umbi suweg. Dalam umbinya terkandung berbagai zat yang dapat mencegah beberapa penyakit degeneratif, antara lain penyakit jantung koroner, melalui mekanisme penurunan kolesterol dalam darah (Richana & Sunarti, 2004). Selain itu umbi suweg dapat digunakan sebagai pangan fungsional karena memiliki Indeks Glisemik (IG) kurang dari 55 (Faridah 2005). Berdasarkan hasil uji laboratorium yang dilaksanakan di Fakultas Teknologi Pangan Universitas Udayana  dalam penelitian Dwikanda et al. (2018) yang meliputi parameter air, abu, proksimat (protein, lemak, karbohidrat), pati dan kalori per 100 gr, didapatkan hasil, diantaranya: Air 11,98 %, Abu 4,32 %, Protein 5,44 %, Lemak 1,80 %, Karbohidrat 76,42 %, Pati 56,07 %, Kalori 343,7886 kkal.

Ketersediaan tanaman ini hanya ditemukan di tempat-tempat tertentu. Status perlindungan bunga Totot kerot (Amorphophallus paeoniifolius) tidak masuk dalam daftar jenis tumbuhan dan satwa yang dilindungi dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.106/MENLHK/ETJEN/KUM.1/12/2018. Pelestarian jenis tanaman ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, meluli biji, umbi dan stek. Namun yang paling cepat dan mudah adalah dengan stek. Dalam penelitian Yuzammi dan Handayani T (2019) Amorphophallus paeoniifolius dapat diperbanyak dengan menggunakan setek rakis.

Sebagai manusia yang menempati bumi dan menikmati keindahan yang ada, mari berusaha menjaga keanekaragaman hayati tetap ada. Upaya yang perlu dilakukan dengan memberikan edukasi pada anak-anak generasi muda dan menjaga habitat atau tempat tumbuhnya. Diperlukan juga upaya  membudidayakan bunga totot kerot. Meskipun bunganya bau, tapi dia bunga yang unik. Semoga banyak masyarakat yang menyadari kelestarian jenis. Setiap jenis pada setiap waktunya bisa hilang tanpa adanya pengetahuan dan kepedulian kita.

Penulis: Tyas Prabawati, S. Hut (KSHE51)

 Berikan komentar topik apa yang ingin kamu ketahui ya, sobat pembaca !

Daftar Pustaka:

Dwikanda IAS, Damiati, Suriani NM. 2018. Studi eksperimen pengolahan tepung umbi suweg Jurnal Bosaparis: Pendidikan Kesejahteraan Keluarga. 9(3): 166-177.

Richana, N. & T.C. Sunarti. 2004. Karakterisasi sifat fisikokimia tepung umbi dan tepung pati dari umbi ganyong, suweg, ubi kelapa, dan gembili. Jurnal Pascapanen 1(1): 29–37

Yuzammi dan Handayani T. 2019. Stimulasi perakaran setek rakis suweg (Amorphophallus  paeoniifolius (Dennst.) Nicolson) menggunakan naphthalene acetic acid. Buletin Kebun Raya. 22(2): 33–40. 

Tags

Posting Komentar

0 Komentar
Posting Komentar (0)