Solusi Pencemaran Air: Bioremidiasi Hulu-Hilir

Jilid Tylingtar
0




Foto taken Tyas Prabawati di TNBBS

Hallo teman-teman, assalamu alaikum wr. wb.

Seringkali kita melewati sungai atau selokan yang sudah keruh. Saya sering bercerita dengan teman tentang keseruan bermain disungai yang bersih, mencuci, mandi, mencari ikan, dll. Menguras emosi dan fikiran kenapa sekarang tempat itu sudah tidak indah lagi. Anak-anak kelak tidak bisa bermain seperti  dulu. Kalau sudah begini kita bercerita keindahan zaman dulu hanya menjadi dongeng khayalan. Saya ingin memberikan alternatif untuk solusi pencemaran air sekitar kita. Semoga bermanfaat.

Pencemaran air sekitar kita sudah banyak sekali. Pencemaran air menyebabkan bau tak sedap disekitar saluran air serta kurangnya sumber air bersih. Pencemaran air dapat diketahui dari ciri fisiknya, antara lain: bau tak sedap, perubahan warna keruh, ada beberapa zat lain yang tercampur air. Penyebab pencemaran air sebagian besar disebabkan oleh zat pembuangan pabrik dan masyarakat yang membuang sampah ke saluran air. Pengetahuan yang dangkal bahwa membuang sampah ke saluran air akan menyelesaikan masalah. Masalah pencemaran bukan hanya urusan satu atau sekelompok orang, tapi semua manusia. Tindakan sederhana dengan memberi contoh tidak membuang sampah sembarangan dan berani menegur orang yang membuang sampah dengan cara yang tepat.

Beberapa saluran air yang sudah tercemar selain dibersihkan secara teknis perlu dilakukan pemulihan air. Pemulihan atau penjernihan air perlu adanya gotong-royong bersama. Salah satu upaya yang bisa digunakan yaitu dengan menerapkan system bioremediasi hulu-hilir. Pengertian Bioremidiasi menurut  Priadie (2012), Bioremidiasi merupakan penggunaan mikroorganisme yang telah dipilih untuk ditumbuhkan pada polutan tertentu sebagai upaya untuk menurunkankadar polutan tersebut.

System bioremidiasi hulu hilir yang saya usulkan, ini dapat diaplikasikan meniru tahap saluran air di alam. Tahap ini terdiri:

1.      Bagian atas atau dekat sumber pencemaran disusun batu-batu besar, layaknya darah hulu yang airnya deras, serta pohon yang banyak cabang.

2.      Dibawahnya batu-batu sedang dan disusul batu-batu kecil, dan ditanami hijauan kiri dan kanan saluran dengan rumput yang merambat.

3.      Tanah lempung yang diatasnya diberi tanaman enceng gondok. Tahap ini sebaiknya pada saluran yang datar dan laju aliran air pelan cenderung stabil.

Pembuatan bioremidiasi ini perlu mempertimbangkan luas saluran air dan daya tampung ketika hujan. Jika saluran air mampu menampung air hujan, maka penambahan bahan-bahan bioremidiasi tidak masalah. Namun jika saluran air terlalu sempit dan dangkal maka perlu dilakukan pembersihan sampah yang menumpuk dan pelebaran saluran air.

Apa masih mau buang sampah di saluran air? Sudah mengetahui membuang sampah akan menimbulkan masalah dan penyelesaiannya membutuhkan waktu, tenaga, dan biaya yang tidak sedikit. Sebaiknya kita hentikan tindakan mengotori sampah dan mulai sekarang berusaha mengembalikan pencemaran menjadi air bersih.

Penulis: Tyas Prabawati, S.Hut (KSHE51)

Daftar pustaka

Priadie B. 2012. Teknik bioremidiasi sebagai alternatif dalam upaya pengendalian pencemaran air. Jurnal Ilmu Lingkungan. 10(1): 38-48.



Tags

Posting Komentar

0 Komentar
Posting Komentar (0)